Senin, 28 Juni 2010

KOMUNI DI TANGAN,..MENGAPA ?

MAKLUMAT DARI KONGREGASI UNTUK IBADAT ILAHI DAN TATA TERTIB SAKRAMEN MENGENAI KOMUNI DI TANGAN

Tahta Suci, sejak 1969, seraya mempertahankan cara tradisional dalam membagikan komuni, juga memberikan kepada Konferensi-konferensi Waligereja yang memintanya, fasilitas untuk membagikan komuni dengan menempatkan hosti di tangan umat beriman.

Fasilitas ini ditetapkan dengan Instruksi Memoriale Domini dan Instruksi Immensae caritatis (29 Mei 1969: AAS 61, 1969, 541-546; 29 Januari 1973; AAS 65, 1973, 264-271) dan dengan Ritual De sacra Communione yang diterbitkan 21 Juni 1973, n. 21. Namun demikian, tampaknya tepat untuk memberikan perhatian pada point-point berikut:

1. Komuni di tangan hendaknya menunjukkan, sama seperti komuni di lidah, penghormatan yang pantas terhadap kehadiran nyata Kristus dalam Ekaristi. Oleh karena alasan ini hendaknya diberikan penekanan, seperti yang dilakukan oleh para Bapa Gereja, pada wibawa gerakan orang yang menyambut komuni. Demikianlah, pada akhir abad keempat kepada mereka yang baru dibaptis diajarkan untuk mengulurkan kedua tangan, “tangan kiri sebagai tahta bagi tangan kanan, yang menyambut sang Raja” (Katekese mistagogis Yerusalem yang kelima, n. 21: PG 33, kol. 1125, atau Sources chret., 126, h. 171; St Yohanes Krisostomus, Homili 47: PG 63, kol. 898, dll.) (Dalam praktek, petunjuk yang sebaliknya yang harus diberikan kepada umat beriman: tangan kiri ditempatkan di atas tangan kanan, agar hosti kudus dapat dimasukkan ke dalam mulut dengan tangan kanan.)

2. Lagi, seturut ajaran para Bapa Gereja, penekanan perlu diberikan atas pentingnya kata “Amin” sebagai tanggapan atas rumusan pelayan komuni, “Tubuh Kristus”; Amin ini adalah suatu penegasan iman: “Cum ergo petieris, dicit tibi sacerdos `Corpus Christi’ et tu dicis `Amen’, hoc est `verum’; quod confitetur lingua, teneat affectus” (St Ambrosius De Sacramentis, 4, 25: SC 25 bis, h. 116).

3. Orang yang menyambut komuni, yang telah menerima Ekaristi di tangan, wajib menyantap hosti sebelum kembali ke tempatnya, mengambil satu langkah ke samping dengan tetap menatap altar, demi memungkinkan orang berikutnya datang kepada pelayan.

4. Dari Gereja-lah umat beriman menyambut Ekaristi kudus, yang adalah communio dalam Tubuh Tuhan dan dalam Gereja; oleh sebab itu orang yang menyambut komuni tidak diperkenankan mengambil dari patena atau siborium, seperti yang akan dilakukan orang terhadap roti biasa, melainkan kedua tangan wajib diulurkan untuk menyambut komuni dari pelayan komuni.

5. Demi hormat terhadap Ekaristi, tangan wajib bersih, anak-anak perlu diingatkan akan hal ini.

6. Penting bahwa umat beriman menerima katekese yang efektif mengenai masalah ini, dan bahwa penekanan perlu diberikan atas perasaan sembah sujud dan hormat yang pantas terhadap Sakramen Mahakudus ini (bdk. Dominicae cenae, n. 11). Wajib diberikan perhatian agar serpihan hosti yang telah dikonsekrasikan tidak hilang (bdk. Kongregasi untuk Ajaran Iman, 2 Mei 1972: Prot. N. 89/71, in Notitiae 1972, h. 227).

7. Umat beriman tidak diwajibkan menerapkan praktek komuni di tangan; setiap umat beriman bebas untuk menyambut komuni di lidah atau di tangan.

Ketentuan-ketentuan ini dan juga ketentuan-ketentuan seperti dinyatakan dalam dokumen-dokumen yang disebutkan di atas bertujuan untuk mengingatkan kembali kewajiban untuk menghormati Ekaristi dan menerapkan secara independen cara dengan mana komuni disambut.

Mereka yang berkewajiban untuk memelihara jiwa-jiwa wajib menekankan tidak hanya pentingnya disposisi batin bagi penerimaan komuni yang bermanfaat, yang dalam perkara-perkara khusus membutuhkan pertolongan Sakramen Rekonsiliasi, melainkan juga sikap lahiriah yang mengungkapkan rasa hormat pada umumnya dan mengekspresikan secara istimewa keyakinan umat beriman terhadap Ekaristi.

Segera Terbit "MAWASS" Edisi 6

Membuat Tanda Salib,..untuk apa ?

“ Hidup kita diawali dengan Tanda Salib dan diakhiri pula dengan Tanda Salib…….”
(Rm. Heribertus, SVD. : Pengantar Misa II – Hari Raya Tritunggal Mahakudus, 30 Mei 2010)


I. PENGANTAR
Priiiitttttt, Peluit piala dunia telah ditiup. Genderang laga sepak bola dunia akan memukau jutaan pasang mata di seluruh belahan bumi. Di arena itu kita lihat pula bertaburan pemain yang memasuki arena dengan membuat Tanda Salib, atau teriakan gembira disertai Tanda Salib setelah gol tercipta. Kita bangga sambil menduga, “Pemain itu pasti Katolik”. Tapi tunggu dulu….. kenapa ada gerakan Tanda Salib yang tidak sama dengan yang kita lakukan? Apakah Tanda Salib yang tidak sama itu mempunyai makna yang sama? Lalu apa arti Tanda Salib??? Menurut pelajaran agama di sekolah minggu, garis lurus dari atas ke bawah melambangkan hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan – garis horisontal menyamping melambangkan hubungan antar sesama manusia. Keduanya harus seimbang, tidak miring-miring, sebagaimana harusnya relasi kita dengan Tuhan dan sesama. Hanya itu sajakah????
Dalam tulisan ini kita akan mencoba masuk lebih dalam lagi memahami Tanda Salib.
Benarkah Tanda Salib HANYA dilakukan oleh orang Katolik saja??? Apakah Tanda Salib ini mempunyai akar Alkitabiah? Apakah jemaat perdana juga menandai diri dengan Tanda Salib ? Bagaimana pandangan para bapa Gereja mengenai Tanda Salibi? Apa makna sesungguhnya yang terkandung dalam Tanda ini? Bagaimana seharusnya Tanda Salib ini dilakukan?
Semoga tulisan ini memperkaya pemahaman kita akan tradisi maupun teologi Katolik yang benar.

II. TANDA SALIB : TIDAK MELULU KATOLIK
Tanda Salib merupakan ritual gerakan tangan khas beberapa Gereja Kristen, meski tidak semua kelompok Kristen melakukannya. Ritual ini dilakukan dengan membuat gerakan simbol salib di udara atau di atas tubuh seseorang / sesuatu, disertai pengucapan rumusan Trinitaris. Tanda Salib senantiasa berhubungan dengan Misteri Keselamatan yang dilaksanakan Yesus secara paripurna melalui kematianNya di kayu salib Kalvari.
Tanda Salib bukan melulu milik jemaat Katolik Roma/Latin. Dengan berbagai variasinya, Tanda Salib digunakan juga oleh Gereja Barat lain (Anglikan, Lutheran, Episcopal, Presbiterian dan Metodis), Gereja Katolik Ortodox Ritus Timur , dan Ortodox Oriental. Gereja Evangelist dan Protestant modern sangat jarang menggunakan tanda ini, meski dalam katekismus kecilnya, Martin Luther merekomendasikan agar umat membuat Tanda Salib di saat tidur dan di saat bangun tidur. Beberapa reformis menolak Tanda Salib karena menganggapnya sebagai bagian dari praktek Gereja Katolik yang tanpa dasar biblis. Benarkah demikian?.....bersambung
I k u t i s e l e n g k a p n y a d i M a j a l a h M A W A S S e d i s i 6

Rabu, 16 Juni 2010

KIAMAT 2012

tinjauan atas ramalan akhir zaman menurut ajaran gereja

Pengantar

Tahun 2012 retakan besar membelah California, sementara itu gunung api Yellowstone meletus menghancurkan kota LasVegas. Gelombang Tsunami menghantam New York City, menenggelamkan Patung Liberty, menyapu Gedung Putih. Gempa bumi menghancurkan kota Buenos Aires dan Rio De Janeiro di Amerika Selatan. Patung Yesus Penebus di Rio De Janeiro roboh, dan Basilika Santo Petrus di Vatikan pun luluh lantak. Organisasi rahasia yaitu IHC (Institute for Human Continuity) membangun bahtera besar di bawah pegunungan Himalaya sebagai tempat penyelamatan manusia dan hewan. Jangan terkejut, ini hanya terjadi di film 2012, film yang diproduksi oleh Columbia Pictures, karya sutradara Roland Emmerich ini mengangkat tema kiamat berdasarkan perhitungan kalender suku maya yang berakhir pada 21 Desember 2012.

Bagaimana sikap kita sebagai orang Katolik atas berbagai macam ramalan akhir zaman, baik terhadap ramalan yang menggunakan ayat-ayat kitab suci ataupun yang tidak ?

Bacaan Injil juga tentang ”akhir zaman”

Film ini diputar serentak di kota-kota besar mulai minggu ke-2 bulan November 2009, dimana pada hari minggu tanggal 15 November 2009 di seluruh Gereja Katolik dibacakan Injil Markus tentang ”akhir zaman” (Mrk 13:24-32). Bagi sebagian orang yang tidak mengenal kalender liturgi gereja, dengan mudah akan mengira bahwa Gereja Katolik merespon film ini, padahal dalam gereja-gereja yang mengikuti tahun liturgi, bagian kitab suci yang dibacakan tiap hari Minggu (bahkan tiap hari) telah diatur dalam sebuah daftar yang dalam Gereja Katolik Roma disebut Ordo Lectionum Missae (Daftar Bacaan Misa). Artinya setiap minggu ke-33 masa biasa tahun B akan selalu dibacakan bacaan ini, dan pada tahun 2012 nanti siklus kalender litugi kembali ke tahun B (2010:tahun C; 2011:tahun A dan 2012 tahun B), maka pada bulan November 2012 nanti kembali di seluruh Gereja Katolik akan dibacakan bacaan tentang ”akhir zaman”, tapi bukan karena adanya ramalan bahwa hari kiamat akan terjadi beberapa minggu kemudian.

Hari kiamat memang sudah pasti akan terjadi, sejak kenaikan Yesus ke Surga rencana Allah mulai dipenuhi, pembaharuan dunia telah ditetapkan, tak dapat dibatalkan.[1] Hanya saja kita tidak tahu masa dan waktu yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kekuasaan-Nya (Kis 1:7;bdk. Mrk 13:32; Mat 24:44; 1Tes 5:2.). Kedatangan eskatologis ini dapat terjadi setiap saat.[2] Namun, sebelum kedatangan Kristus, Gereja harus mengalami ujian terakhir yang akan menggoyahkan iman banyak orang (bdk. Luk 18:8; Mat 24:12.)[3], dan pada hari pengadilan, pada hari kiamat, Kristus akan datang dalam kemuliaan-Nya, untuk menentukan kemenangan kebaikan secara definitif atas kejahatan, yang dalam perjalanan sejarah hidup berdampingan bagaikan gandum dan lalang di ladang yang sama[4] dan pada waktunya lalang akan terlebih dahulu dikumpulkan, diikat dan dibakar, kemudian baru gandum dikumpulkan masuk ke dalam lumbung (bdk. Mat 13:24-30).

Apokaliptik

Dalam film 2012, digambarkan kejadian akhir zaman dengan berbagai macam bencana, dan datangnya air bah (tsunami), mirip dengan kisah Nuh, merekapun menyelamatkan diri dengan bahtera besar, berlayar untuk menemukan daratan sebagai bumi yang baru dan langit yang baru. Seperti apakah kiamat menurut ajaran gereja ?

Tidak ada yang mampu menggambarkan apa yang terjadi pada hari kiamat, sebab apa yang akan terjadi pada hari itu tidak sama ataupun mirip dengan apa yang telah terjadi dan sudah dialami manusia dalam sejarah di bumi ini. Para rasul dan pengarang Injil hanya meminjam bahasa kiasan dari Alkitab Ibrani dan sastra Wahyu Yahudi untuk menunjukan peristiwa akhir itu yang digambarkan sebagai goncangan kosmis yang melanda seluruh jagat raya.

Markus dan Matius sama-sama menggambarkan pada hari itu matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya, bintang-bintang akan berjatuhan dari langit, dan kuasa-kuasa langit akan goncang (Mrk 13:24-25; Mat 24:29). Lukas melukiskan pada hari itu akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang mati ketakutan karena kecemasan atas segala apa yang menimpa bumi ini, kuasa-kuasa langit akan goncang (Luk 21:25-26). Sedangkan menurut Petrus pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap (2 Petrus 3:10).

Gambaran apokaliptik ini tidak bermaksud melaporkan kejadian-kejadian kosmis sebagaimana akan terjadi, tetapi merupakan bahasa lambang yang diambil dari nabi-nabi (Yes 13:10, 34:4; Yl 2:10,31,3:15; Yeh 32:7-8) untuk mengungkapkan bahwa dunia lama akan dirombak Allah menjadi bumi dan langit yang baru.[5] Tanda-tanda itu adalah setumpuk gambaran-gambaran yang tidak dapat dan tidak boleh dipahami secara harafiah sebagai lukisan satu demi satu tentang skenario akhir zaman. Inti hari kiamat bukanlah kehancuran benda-benda langit tersebut, melainkan kedatangan Anak Manusia.

Parusia

Ketika Yesus naik ke surga, para malaikat sudah mengatakan kepada para rasul ”Yesus yang terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga”(Kis. 1:11). Gereja perdana yakin bahwa ”Kristus harus tinggal di surga sampai waktu pemulihan segala sesuatu”(Kis.3:21), tetapi pada akhir zaman Ia akan menampakan diri. ”Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Pada waktu itupun Ia menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dan akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung bumi sampai ujung langit” (Mrk.13:26-27; bdk. Luk.17:22-30;21:25-36). Yesus dinantikan kedatangan-Nya kembali pada akhir zaman (lihat Mat.19:28; 24:3; Mrk.13:26; 1Tes.2:19; 3:13; 4:15; 5:23; 1Kor.1:17;15:23; 1Ptr.1:7), dan dalam doa jemaat perdana juga ditandai oleh pengharapan itu : Maranatha, ”Amin, datanglah Tuhan Yesus” (Why.22:20; bdk.1Kor.16:22).

Kata parusia berasal dari kata Yunani parousia yang berarti ”kedatangan” atau ”kehadiran”, dalam bahasa Yunani Hellenistik, dapat berarti ”kunjungan resmi seorang raja”. Kata ini tidak digunakan untuk menunjuk pada kedatangan-Nya yang pertama. Ajaran Perjanjian Baru tentang Parusia dapat diringkas sebagai berikut [6]:

1. Parusia akan terjadi ”pada akhir zaman”, dalam arti ini parusia berbeda dengan kedatangan-kedatangan Yesus yang lain, misalnya kedatangan-Nya dalam daging, dalam rahmat, dalam Ekaristi dan pada saat kematian kita.

2. Yesus sendiri akan datang dalam wujud pribadi-Nya, bukan dalam wujud wakil-Nya (entah malaikat entah manusia): ”Mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit”(Mat 24:30).

3. Kedatangan-Nya akan didahului oleh segala macam tanda.

4. Kedatangan-Nya dapat dikenali dan terjadi di muka umum (bukan rahasia dan sembunyi-sembunyi).

5. Kedatangan-Nya penuh kekuasaan dan kemuliaan: Ia, dengan kata-kata Wahyu, Yang menunggang kuda putih, Raja semua raja dan Tuan semua tuan (Why 19).

6. Meski didahului oleh tanda-tanda itu, parusia akan terjadi secara mendadak dan tidak terduga:”Hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam hari”(1Tes 5:2).

Pengadilan terakhir

Pengadilan terakhir akan berlangsung pada kedatangan kembali Kristus yang mulia. Hanya Bapa yang mengetahui hari dan jam, Ia sendiri menentukan, kapan itu akan terjadi. Lalu, melalui Putera-Nya Yesus Kristus Ia akan menilai secara definitif seluruh sejarah.[7] Sesudah kebangkitan semua orang mati "baik orang yang benar maupun yang tidak benar" (Kis 24:15), menyusullah pengadilan terakhir. Itulah saatnya, di mana "semua orang yang di dalam kubur akan mendengar suara-Nya. Dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum" (Yoh 5:28-29). Lalu, "Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia. ... Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing. Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. ... Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup kekal" (Mat 25:31.32-33.46).[8]

Kabar mengenai pengadilan terakhir membuktikan 2 hal yaitu[9] :

1. bahwa keadilan Allah akan menang atas segala ketidak-adilan yang dilakukan oleh makhluk ciptaan-Nya, dan

2. bahwa cinta-Nya lebih besar dari kematian.

Kabar mengenai pengadilan terakhir bertujuan[10] :

1. mengajak kita supaya bertobat, selama Allah masih memberi kepada mereka "waktu rahmat", satu "hari penyelamatan" (2 Kor 6:2).

2. membangkitkan ketakutan suci akan Allah.

3. mewajibkan orang melakukan keadilan Kerajaan Allah.

Langit yang baru dan bumi yang baru

Sesudah pengadilan umum, semua orang yang benar, yang dimuliakan dengan jiwa dan badannya, akan memerintah bersama Kristus sampai selama-lamanya, dan semesta alam akan dibaharui.[11] Kitab Suci melukiskan pembaharuan yang penuh rahasia itu, yang akan mengubah umat manusia dan dunia, sebagai "langit yang baru dan bumi yang baru" (2 Ptr 3:13).[12] Sejauh menyangkut kosmos, maka menurut wahyu, akan terdapat satu persekutuan nasib yang mendalam antara dunia material dan manusia.[13] Maka alam semesta yang tampak, juga ditentukan untuk dibaharui, "supaya dunia, setelah dikembalikan kepada keadaannya yang semula, tanpa halangan apa pun dapat melayani orang-orang benar" (Ireneus, haer. 5,32, 1).[14] Kita tidak mengetahui, bilamana dunia dan umat manusia akan mencapai kesudahannya; tidak tahu pula, bagaimana alam semesta akan diubah. Dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan telah rusak akibat dosa, akan berlalu. Tetapi kita terima ajaran bahwa Allah menyiapkan tempat tinggal baru dan bumi yang baru, kediaman keadilan, yang kebahagiaannya akan memenuhi dan melampaui segala kerinduan akan kedamaian, yang timbul dalam hati manusia (GS 39, 1).[15]

Kalau Allah menjadikan "semuanya baru" (Why 21:5) dalam Yerusalem surgawi, Ia akan mempunyai tempat tinggal-Nya di antara manusia. "Ia akan menghapuskan segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita. Sebab segala sesuatu yang lama itu sudah berlalu" (Why 21:4).[16] Bagi kita, penyempurnaan ini akan menjadi perwujudan akhir kesatuan bangsa manusia, yang dikehendaki Allah sejak penciptaan dan yang diragakan Gereja musafir dalam bentuk "sakramen" (LG 1). Mereka yang disatukan dengan Kristus akan membentuk satu persekutuan orang-orang tertebus, "kota suci Allah" (Why 21:2), "mempelai Anak Domba" (Why 21:9). Persekutuan ini tidak akan menderita lagi karena dosa, ketidak-murnian (Bdk. Why 21:27.), cinta diri, yang merusakkan persekutuan manusia di dunia ini atau melukainya. Pandangan yang membahagiakan, di mana Allah membuka Diri kepada orang-orang pilihan secara tidak terbatas, akan merupakan sumber kebahagiaan, perdamaian, dan persekutuan, yang tidak pernah kering.

Namun, jangan karena mendambakan dunia baru membuat kita melemahkan perhatian kita untuk mengolah dunia ini, sebaliknya justru kita harus semakin memberi perhatian pada kemajuan dunia ini, sejauh membantu untuk mengatur masyarakat manusia secara lebih baik. (bdk. GS 39,2)[17]

Sikap kita

Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" Jawab Yesus kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! (Mat 24:3-4).

Meski Yesus telah menyatakan secara eksplisit : ”Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri” (Mat 24:36), namun sepanjang sejarah muncul sejumlah orang yang meramalkan waktu akhir zaman, sebagian bahkan secara berani mengaku memperoleh wahyu-wahyu rahasia dari Tuhan sendiri.

Dalam Wahyu 20:2 dikatakan bahwa setan diikat untuk 1000 tahun, dan selanjutnya dalam ayat 5 dikatakan ”Orang-orang mati tidak bangkit sebelum berakhir masa 1000 tahun itu”. Dari teks itu, berulangkali dalam sejarah Gereja timbul pandangan yang disebut khiliasme (bahasa Yunani, khilias = 1000), mulai dengan Montaisme (abad ke-2) sampai dengan kaum Adventis dan saksi Yehova. Ajaran mereka ialah bahwa kedatangan Kristus dalam kemuliaan akan terjadi sesudah Kristus meraja di dunia selama 1000 tahun. Ada orang lain yang mengajarkan bahwa sekarang sudah ada kerajaan 1000 tahun itu, dan bahwa akhir zaman akan datang dengan segera. Yang paling penting ialah bahwa dalam pengharapan mereka tekanan tidak ada pada pribadi Kristus, tetapi pada kemuliaan kerajaan-Nya, yang tentu juga akan dinikmati oleh pengikut-Nya. Yesus dengan jelas mengatakan bahwa ”tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu” (Mrk 13:32). Dengan demikian, semua pikiran dan teori mengenai akhir zaman sebetulnya tidak punya dasar dan terutama tidak berguna serta penggambarannya sering bersifat fantastis.[18]

Gambaran fantastis yang kita terima dari film 2012 mengenai keadaan akhir zaman membuat kita merasa ngeri, dalam sejarah kehidupan manusia ada saja orang yang menggunakan ayat-ayat dalam kitab suci untuk meramal dan menggambarkan keadaan akhir zaman dengan gambaran kengerian, sehingga kitapun bertanya: ”Bukankah Injil adalah kabar gembira ?, bila demikian mengapa justru menampilkan sesuatu yang menakutkan ?”

Simak apa yang disampaikan oleh Romo Heribert pada kata pembuka misa ke-2 tanggal 15 November 2009 lalu: ”Tahun Liturgi hampir berakhir, kini Liturgi membicarakan akhir dunia. Suatu pesan yang agak mengejutkan juga. Tetapi itupun Injil, artinya warta gembira. Kita tahu, tiada kebinasaan satupun merupakan akhir segalanya, dan bahwa pekerjaan dan pembangunan kita bersifat sementara. Sebab sekali waktu Putera Manusia akan datang dan barangsiapa hidup baik, akan bersinar bagaikan matahari dan akan hidup kekal. Itulah warta baik, warta bahwa sesudah hujan terbitlah terang, sesudah salib kebangkitan, dan sesudah hidup ini maka cinta kasih akan jaya, sebab Kristus telah mengalahkan segala kejahatan.”

Memang, sifat kita adalah ingin tahu dan mudah percaya, kegagalan-kegagalan yang terjadi berkali-kali di masa lalu tidak membuat orang jera untuk mencoba meramalkan kembali. Mereka berpikir kali ini tidak akan meleset, banyak orang telah mempercayai beberapa ramalan akhir dunia pada waktu itu, namun tidak pernah terjadi. Jelas sampai dengan artikel ini dibaca semua ramalan tentang akhir zaman terbukti tidak benar, namun sekarang ini ramai dibicarakan soal prediksi bahwa tahun 2012 dunia akan mengalami akhir zaman.

Dalam hal ini, bijaksanalah memperhatikan nasehat rohani Thomas Aquinas mengenai ramalan-ramalan akhir zaman, dengan menunjuk pada Matius 24:36, St. Thomas berkata:”Sebab apa yang tidak mau dikatakan oleh Yesus kepada para rasul, tidak akan dinyatakan-Nya kepada orang-orang lain. Maka dari itu, semua orang yang telah tersesat menaksirkan waktu yang telah disebutkan sebelumnya telah terbukti sampai sekarang ini tidak benar ... Ketidakbenaran taksiran-taksiran itu jelas, seperti halnya akan menjadi jelas ketidakbenaran orang-orang yang sekarang ini tidak berhenti menaksir-naksir[19]

Penutup

Dalam Alkitab tidak ada petunjuk tentang kapan hari kiamat itu harus tiba. Bahkan Yesus sendiri mengatakan ketidaktahuan-Nya (Mrk.13:32), malaikat-malaikat di Sorga tidak, dan Anakpun tidak (Mt 24:36; Mk 13:32; Why 3:3), kedatangan-Nya adalah seperti pencuri (1 Tes 5:2; 2 Pet 3:10). Begitu pula ketika menjelang kenaikan Yesus, para rasul bertanya kepada-Nya, ”Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel ?” Maka jawabannya cukup jelas, ”Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya”(Kis 1:6-7). Justru karena itu Yesus berulangkali harus menasehatkan orang supaya selalu berjaga-jaga karena tak seorangpun tahu kapan waktunya akan tiba. (Mrk 13:33). Kita tidak perlu tahu kedatangan-Nya (Kis 1:7), yang terpenting adalah berjaga-jaga, siap sedia, dan dengan sabar menantikan kedatangan-Nya (lih. Mt 24:44; Mt 25:13; Mk 13:35-37; Lk 12:37-40, 46; 1 Tes 5:6; Why 3:3, 16:15; Yak 5:7).

Suatu kali ketika St. Fransiskus Assisi sedang mencabut alang-alang di kebunnya, seseorang bertanya kepadanya “Apa yang akan kamu lakukan kalau besok kiamat?” Dengan cepat St. Fransiskus Assisi menjawab demikian “Aku akan menyelesaikan mencabut alang-alang ini dari kebunku.” Fokus kita bukan pada mencari tahu waktu kedatangan-Nya, namun lebih pada bagaimana kita mempersiapkan diri kita sebaik mungkin, bersiap-siaplah dan berjaga-jagalah. Tetap berkarya di tengah-tengah dunia ini, sambil tetap mengarahkan hati kita pada Tuhan. Dengan sikap dasariah seorang yang siap sedia dan berjaga-jaga, maka kita tidak perlu tahu kapan saat kedatangan Tuhan, sebab apa gunanya tahu, bukankah bila kita tahu dapat dikatakan seperti hamba yang berjaga-jaga seperlunya saja, sebagai hamba yang penuh perhitungan. (SJ)

Pada hari perayaan wajib Santa Perawan Maria dipersembahkan kepada Allah

21 November 2009



[1] Katekismus Gereja Katolik (KGK) 670

[2] KGK 673

[3] KGK 675

[4] KGK 681

[5] Inilah INJIL YESUS KRISTUS; Dr. Martin Harun, OFM; Kanisius; hal. 243-244.

[6] 101 Tanya-jawab Tentang Kematian Dan Kehidupan Kekal; Kanisius; hal. 175-179

[7] KGK 1040

[8] KGK 1038

[9] KGK 1040

[10] KGK 1041

[11] KGK 1024

[12] KGK 1043

[13] KGK 1046

[14] KGK 1047

[15] KGK 1048

[16] KGK 1044

[17] KGK 1049

[18] Iman Katolik: buku informasi dan referensi; Konferensi Waligereja Indonesia; Kanisius, hal. 297

[19] Suplemen Summa Theologiae,q.77,a.2 seperti yang dikutip di buku 101 Tanya-jawab Tentang Kematian Dan Kehidupan Kekal; Kanisius; hal. 187.

Steven Jundika

Edisi 5 (April - Juni 2010)

Pilih mana : Berkat atau Kutuk ?

Tinjauan kritis atas sms pembawa berkat atau yang akan mendatangkan kutuk

Pengantar
Walau merupakan persoalan yang sudah cukup lama, namun sampai hari ini masih banyak di antara kita yang menerima sms berantai yang intinya berisi tawaran berkat bagi yang mengindahkan dan ancaman kutuk bagi yang mengabaikan. Oleh karena itu, MAWASS pada edisi ini menyajikan bahasan soal sms berantai atau surat berantai ini yang diambil dari buku :
Beriman Katolik dari Altar Sampai Pasar; Pustaka Nusatama, 2006; F.X. Didik Bagiyowinadi, Pr; hlm. 178-183.

Selebaran Gelap
Sampai hari ini banyak di antara kita yang masih menerima atau menjumpai “selebaran rohani” berisi iming-iming janji berkat bagi yang mengindahkan isinya dan ancaman kutukan bagi yang mengabaikan. Biasanya kita diminta memfotokopi dan menyebarluaskannya. Atau, bila pesan dalam email, kita diminta untuk memforwardnya.
Entah lantaran tergiur iming-iming berkatnya atau takut akan ancaman kutukannya, banyak orang menurutinya. Begitu juga dengan teks novena, misal novena kepada Yudas Tadeus, ditambahkan syarat pengabulannya: “Novena ini didoakan 6 kali sehari selama 9 hari berturut-turut dan tinggalkan 9 lembar salinan doa ini di gereja tiap hari. Buatkan 81 salinan dan tinggalkan 9 lembar salinannya di gereja selama 9 hari berturut-turut, Anda akan menerima intensi doa sebelum hari ke-9 berlalu.” Pernah juga dulu ada selebaran tentang penglihatan Tuhan Yesus kepada paus yang berisi tentang bencana dan hari kiamat. Anehnya, mereka yang mau menyebarluaskan selebaran itu akan selamat dari malapetaka.
Semua “selebaran rohani” itu sebenarnya adalah sebebaran gelap. Sebab pengirimnya tidak jelas, kalaupun nama dan alamat pengirimnya dicantumkan, biasanya fiktif belaka. Berkaitan dengan doa-doa yang akan disebarluaskan dalam Gereja Katolik selalu dibutuhkan imprimatur (izin terbit) dari Uskup/wakilnya dan nihil obstat yang menyatakan bahwa isinya tidak bertentangan dengan susila dan iman Katolik. Jadi, tak perlu kita terkecoh dan terhasut oleh provokasi dari selebaran gelap itu.
Bisa jadi, selebaran gelap tersebut dibuat untuk membingungkan dan menggoyahkan keyakinan iman kita sebagai pengikut Kristus. Mari kita melihat “iming-iming berkat” dan “ancaman kutuk” tersebut dalam perspektif iman Katolik.

Hal Pengabulan Doa
Yang menarik untuk disimak dari selebaran tersebut adalah adanya kesan kuat bahwa penggandaan dan penyebarluasan selebaran dan teks doa itu menjadi syarat terkabulnya doa. Asalkan kugandakan dan kusebarluaskan, niscaya doa permohonanku terkabul. Di sinilah terjadinya bahaya takhayul. Seakan-akan Tuhan wajib mengabulkan doa kita, sebab kita telah “membayar” dengan menggandakan dan menyebarluaskan teks tersebut. Padahal untuk pengabulan doa, Tuhan tidak butuh suapan. Bahkan korban bakaran dan persembahan Israel kerap ditolak Tuhan, sebab Tuhan tidak memerlukan hal itu. “Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya” (Mzm 50:12).
Dalam Injil dinyatakan dengan jelas, pelbagai syarat pengabulan doa:
Pertama, dipanjatkan dengan penuh iman. Banyak penderita sakit dan kelemahan mengalami kesembuhan berkat imannya akan kuasa dan kasih Yesus Kristus. Kepada ibu yang sudah dua belas tahun sakit pendarahan dan menjamah jumbai jubah-Nya, Yesus berkata, “Imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Mat 9:22). Iman ini juga nampak dalam ketekunan dan kesetiaan kita dalam doa, seperti janda yang tiada bosan mengetuk pintu hakim yang tidak benar (Luk 18:1).
Kedua, sejauh kita mau tinggal dalam dan bersama Kristus, artinya hidup dalam kasih. “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yoh 15:7). Bila kita kurang berbuat kasih, niscaya sulit juga doa kita dikabulkan. Sebab dosa-dosa kita bisa menghalangi suara kita sampai di tempat yang mahatinggi (lih. Yes 59:2). Maka saat berdoa novena pun, kita dianjurkan juga menerima Sakramen Tobat. Tuhan juga tak akan mengabulkan permohonan manakala hal itu hendak kita habiskan untuk memuaskan hawa nafsu kita (Yak 4:3).
Ketiga, pentingnya dukungan doa dari orang lain. Sebab firman Tuhan, “Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga” (Mat 18:2). Begitu juga melihat iman mereka, iman si lumpuh dan iman keempat teman yang menggotongnya, Yesus tergerak hati untuk menyembuhkan (Mrk 5:2).
Iming-iming janji berkat dengan cara instan “doa + fotokopi” mengingatkan kita akan godaan si Jahat yang menyuruh Yesus secara instan mengubah batu menjadi roti (Luk 4:3). Permohonan yang meminta Tuhan membuat mukjijat selekas mungkin ini, tidak menunjukkan bahwa kita beriman pada Tuhan, sebaliknya justru mencobai Tuhan. Seru penjahat yang disalibkan bersama Yesus, “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami” (Luk 23:29).
Memang Tuhan itu mahakuasa dan sanggup mengerjakan karya ajaib tanpa kita. Kendati demikian, Tuhan senantiasa mengajak kita untuk berusaha dan bekerjasama dengan rahmat-Nya. Kita ingat kisah mukjizat dalam perkawinan di Kana, di sana manusia harus mengisi tempayan dengan air terlebih dahulu (Yoh 2:7). Begitu juga dengan kisah pergandaan roti untuk menyenyangkan lima ribu orang, dibutuhkan lima roti dan dua ikan (Mrk 6:38) sebagai simbol modal dan usaha kita. Modal dan usaha yang kita persembahkan kepada Tuhan, niscaya akan diberkati Tuhan sehingga berlipat ganda.

Jangan Takut!
Yang mengherankan adalah selebaran gelap tersebut, berani mengancam siapa saja yang mengabaikan isinya, apalagi mereka yang sampai berani membuangnya. Tak sedikit pembaca yang kemudian mempercayainya, atau setidak-tidaknya berjaga-jaga jangan sampai celaka menimpa mereka lantaran mengabaikan selebaran itu. Bukankah ancaman demikian, tak jauh beda dengan pelbagai ancaman yang menghantui kita manakala mengabaikan perhitungan hari baik - hari buruk dan ancaman “Bathara Kala” bila kita tidak diruwat.
Jika hal itu yang terjadi, sebenarnya kita masih dibelenggu oleh ketakutan. Kepada kita yang telah dibaptis, St. Paulus mengingatkan, “Kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu Anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, “ya Abba, ya Bapa!” (Rm 8:15). Yesus Kristus adalah Injil, kabar gembira dari Allah. Sewaktu Dia lahir, malaikat berseru kepada Maria (Luk 1:30) dan para gembala (Luk 2:10), “Jangan takut!” Kata yang sama disampaikan Yesus waktu Dia berjalan di atas air (Yoh 6:20) dan setelah kebangkitan (Mat 28:10). Memang kita tak perlu takut, sebab Allah itu kasih (1 Yoh 4:8) , Dia tak akan menghukum dan mencelakai kita. Dialah Immanuel (Mat 1:23), Allah beserta kita, yang senantiasa melindungi kita (Mat 28:20). Bersama Yesus, siapa takut (Rm 8:35)?

Penutup
Maka kesimpulannya, bila kita menerima sms semacam ini, jangan mudah percaya dan tidak perlu diteruskan, karena justru akan menggoyahkan iman orang lain. Betapapun mulianya maksud sms berartai ini (misalnya menyerukan pertobatan), namum cara yang ditempuhnya sama sekali tidak dapat dipertanggung-jawabkan. Memang, memberitakan kabar baik adalah tugas setiap orang, tetapi tentu tanpa harus iming–imingi sebuah janji dan menakut-nakuti orang lain. Segala setiap perkara apapun, janganlah kuatir tetapi nyatakanlah segalah hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4: 6).