Selasa, 21 Desember 2010

Segera Terbit MAWASS Edisi 8



Yesus datang lagi,...akankah kita bunuh lagi ???

A. WACANA TEMA
Natal telah tiba.
Keceriahan dan kegembiraan Natal terasa hampir di seluruh belahan bumi, dari kota sampai pelosok. Dari mal-mal sampai di dusun-dusun.
Mulai anak-anak sampai lansia, pria maupun wanita, larut dalam pesta setahun sekali itu.
Itulah Natal bila dilihat dari hal yang indrawi.
Bagaimana dengan sisi iman?

B. ADVENT SEBAGAI AWAL
Kalender Liturgi Gereja Katolik menentukan, bahwa selama masa dalam 4 hari Minggu sebelum tanggal 25 Desember, adalah masa Advent. Pada tahun 2010 ini, masa Advent dimulai pada tanggal 28 Nopember. Tanggal tersebut sekaligus adalah sebagai permulaan tahun Liturgi. Jadi ada perbedaan dengan penanggalan umum, yang setiap tahun dimulai pada tanggal 1 Januari.
Masa Advent adalah masa penantian, menantikan (peringatan) lahirnya Yesus.
Dan karena yang dinantikan adalah sosok yang istimewa, maka persiapan yang harus dilakukanpun haruslah persiapan yang istimewa.
Karena yang akan datang adalah Yang Mahasuci, maka persiapan itu pada ghalibnya adalah untuk mematut diri, membersihkan diri, membersihkan hati dan jiwa dari noda-noda dosa.
Sehingga seringkali orang mengatakan bahwa masa Advent adalah masa pertobatan.
Seiring dengan hal itu, maka warna liturgi dari masa Advent adalah ungu.

C. SANG PENYELAMAT ITU TELAH DATANG
Seiring dengan berjalannya waktu, maka masa Advent-pun berakhir.
Namun, seringkali berakhirnya masa Advent itu betul-betul karena tanggal 25 Desember telah tiba. Bukan karena telah tuntasnya pertobatan kita. Bukan juga karena kegembiraan dari harapan yang terkabulkan.
Lagu masa Advent: “O datanglah Imanuel . . .” dengan begitu saja tergantikan oleh lagu-lagu masa Natal: “Gembala kemari, cepat-cepat, pergilah ke Betlehem...”.
Kita larut dalam 'suasana' bahagia dan gemerlap lampu 'Pohon Terang'.
Bila masa Advent dilalui begitu saja tanpa penghayatan yang benar, maka sudah pasti juga tidak ada pertobatan yang sejati. Dan dengan demikian, bagaimana mungkin ada 'Penantian' dan 'Harapan' yang sebagaimana mestinya?
Yang ada hanyalah sekedar jargon pemanis bibir penyedap suara: tobat, harapan, Sang Juru Selamat, dan lain-lain.
Mari kita bertanya kepada hati nurani kita: Betulkah jiwa kita haus akan pertolongan dan keselamatan yang dari Allah? Betulkah hidup kita memerlukan Sang Juru Selamat?
Dan karenanya, kita juga perlu bertanya: Apakah kita sudah melakukan pertobatan yang sejati?
Perlu kita menyadari, bahwa pertobatan yang sejati mengandung 3 esensi: Kasih akan Allah (bukan 'takut masuk neraka'), penyesalan, dan niat untuk tidak mengulangi berbuat dosa lagi. Tanpa pertobatan yang sejati, mustahil kita bisa menghayati makna NATAL dengan benar. Artinya, hari Natal, tanggal 25 Desember 2010 hanya merupakan 'Kedatangan' Sang Juru Selamat yang kesekian kalinya. Hanya begitu saja. Setelah itu, tanggal 26 Desember dan hari-hari berikutnya, kitapun sudah melupakan hari Natal itu.

D. JANGAN TERJEBAK PADA 'SEKEDAR' RITUAL
Kembali pada tahun Liturgi.
Dalam tahun liturgi, ada 2 peristiwa penting yang diperingati. Yaitu Natal, peringatan kelahiran Yesus, dan Paskah yang memperingati kebangkitan Yesus.
Bagi umat Katolik, ada beberapa peristiwa penting sekitar Paskah. Ada ritual Jalan Salib, liturgi Minggu Palem, Hari Kamis Putih, Tuguran, serta Jumat Agung.
Tanpa mengaburkan berharganya nilai Kebangkitan Yesus, Hari Jumat Agung merupakan hari yang penting bagi kita.
Pada hari itu kita memperingati saat-saat sengsara Yesus, saat penyiksaan Yesus, saat Yesus dihina, saat Yesus disalibkan, saat Yesus dibunuh.
Mengikuti upacara Hari Jumat Agung, sungguh bisa membuat hati kita trenyuh, bahkan sampai meneteskan air mata.
Nah, sebagaimana pertanyaan introspektif untuk masa Natal, kitapun perlu bertanya kepada hati nurani kita: Mengapa Yesus mesti mengalami penderitaan yang demikian berat, mengapa Yesus harus dibunuh....????
Tanpa menghayati makna Natal dengan baik dan benar, mustahil kita bisa menghayati makna sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus.
Dan tanpa penghayatan yang benar, berarti kita hanya 'ikut' dalam upacara-upacara itu. Alhasil, kitapun terjebak pada hal-hal yang 'sekedar' ritual belaka. Betul-betul hanya 'sekedar' ritual, karena iman kita tidak bertumbuh dan berkembang karenanya.
Kita hanya tahu bahwa Hari Natal itu adalah saat Yesus: LAHIR, saat Yesus DILAHIRKAN. Dan dengan demikian, kitapun hanya tahu, bahwa Hari Jumat Agung adalah saat Yesus MATI, saat Yesus DIBUNUH. Konsekwensi logisnya, kitapun terjebak dalam konsep LAHIR – MATI, DILAHIRKAN – DIBUNUH.
Sekilas, pemikiran yang demikian memang dapat dikatakan sangat ekstrem. Tapi bila kita tidak menghayati makna Natal dan Paskah sebagaimana mestinya, bukankah kita harus mau mengakui, bahwa kita terjebak dalam ritual LAHIR – MATI, DILAHIRKAN – DIBUNUH yang terus diulang setiap tahun?
Memang, kita tidak pernah bisa ‘membunuh’ Yesus secara riil. Tapi, ‘membunuh’ bisa dilakukan bukan hanya sekedar menusuk dengan pisau atau menembak dengan pistol.
Dalam kaitan dengan iman kristiani, Nabi Yesaya dengan jelas mengatakan, bahwa: dosa-dosa kitalah yang menyebabkan Yesus tersalib (bdk. Yes. 53:4).
Ketidak-sadaran dan ketidak-pedulian (atau bahkan kesengajaan) akan dosa telah membunuh Dia setiap kali Dia hadir lagi setiap tahun dalam Perayaan Hari Natal.

E. WACANA SIKAP BATIN
Kelahiran Yesus di dunia ini adalah suatu tonggak terpenting dalam sejarah umat manusia.
Demikian pula sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Natal dan Paskah adalah dua hal yang tak-terpisahkan. Tak akan ada Paskah tanpa Natal. Dan Natal tanpa Paskah apalah gunanya?
Karenanya perlu ada pemahaman, refleksi yang mendalam dan penghayatan yang benar terhadap kedua peristiwa itu.
Perlu kita bertanya kepada diri kita masing-masing:
-. Apakah setiap hari Natal menjadi saat peringatan hadirnya Yesus dalam kehidupan kita?
Adakah kita dapat merasakan Kasih Allah yang telah memberikan Penyelamat bagi kita?
-. Apakah setiap datangnya hari Paskah kita sadar bahwa dosa manusialah (kita manusia juga, kan?) yang telah ditanggungnya dalam penderitaan?
Adakah kita dapat merasakan kasih Allah melalui pengorbanan Putra-Nya?
-. Apakah kita dapat merasakan Kasih Allah yang setia, yang senantiasa hadir dan menyapa kita dalam sakramen-sakramen-Nya?

Hari Natal telah tiba.
Hari yang mengingatkan kita untuk berbenah-diri lagi.
Mari kita bersuka-cita, karena kita diingatkan lagi dan lagi, bahwa Allah tetap setia kepada janji-Nya untuk menyelamatkan umat manusia.
Berbahagialah kita, karena kita diingatkan, bahwa Yesus tetap menyertai kita hingga akhir zaman.

D e o G r a t i a !!!!!