Selasa, 21 Juli 2009

CINTA dan KESETIAAN

Berbicara tentang cinta, orang tidak bisa menutup diri untuk berbicara tentang kesetiaan. Bak kaus kaki, mereka mesti selalu bersama-sama pada hidup manusia, sebagaimana tidak ada orang waras atau normal tidak cuma memakai satu kaus kaki lalu membiarkan kaki satunya kosong. Demikianlah halnya cinta dan setia pada hidup manusia. Jika yang satunya ada atau diperhatikan dan digunakan, sedangkan yang lainnya tidak ada, maka pastinya hal itu rasanya dan kelihatannya, cepat atau lambat pincang, aneh, atau sedang bersandiwara, berpura-pura, ketoprak humor, atau main film sinetron. Sebagaimana kaus kaki yang satu melengkapi yang lainnya dan sebaliknya, demikian cinta melandasi kesetiaan dan kesetiaan menjadi tolok ukur cinta.
Alkisah, di Perancis pada akhir abad 11, hiduplah 2 orang bernama Albelard dan Heloise. Albelard adalah seorang sarjana dan guru. Sedangkan Heloise adalah muridnya. Mereka berdua terlibat relasi khusus yang namanya cinta. Cinta mereka ini disertai kesetiaan yang kuat dan besar. Memang sudah tentu, orang yang saling mencintai harus menunjukkan kesetiannya. Adalah penipu kalau seseorang suka mengobral kata-kata cinta, tetapi tidak mempunyai kesetiaan. Sebab cinta dan kesetiaan itu tak dapat dipisah-pisahkan. Namun demikian relasi mereka ini tidak disetujui oleh paman Heloise. Pamannya adalah seseorang yang sangat berpen garuh di kota Paris, karena kedudukannya sebagai Kepala Katedral Notre Dame. Tetapi sungguhpun demikian cinta mereka tidak menjadi padam. Mereka sudah tidak bisa berpisah. Masing-masing sudah tidak dapat menahan rindu, sehingga merekapun menikah secara rahasia.
Mendengar hal itu paman Heloise menyewa satu geng pembunuh agar menyerang dan menganiaya Albelard. Tetapi rupanya Albelard mencium rencana itu. Maka ia pun berpikir, bahwa dirinya tidak cocok kalau tetap menjadi suami Heloise. Lalu ia masuk biara St. Denis dan menjadi biarawan. Demikian juga Heloise mencari suatu kehidupan agama, lalu menjadi biarawati. Dari sana mereka menulis surat-surat yang indah kepada tiap-tiap orang tentang pandangan hidup mereka. Pandangan mereka banyak tentang cinta dan kesetiaan. Mereka berdua akhirnya meninggal dan dikuburkan bersama-sama di Paris.
Kisah ini mengesankan sekali sehingga cinta dan kesetiaan mereka dapat dicontoh oleh pemuda pemudi yang berpacaran. Di jaman ini, tampaknya kata cinta lebih cenderung dihubungkan dengan uang. Maka sering kita dengar “ Ada uang – ada cinta.” Indikasinya jelas. Nyatanya akhir-akhir ini banyak isteri kabur setelah suaminya bangkrut. Pacar diambil orang karena tidak ada uang lagi. Seolah-olah cinta itu sekarang dapat dengan mudah dibeli dengan uang. Sehingga hal berganti-ganti pasangan ataupun rebutan pacar sudah merupakan sesuatu yang biasa. Tetapi cinta yang sejati sampai sekarang ini dapat diukur dari kesetiaan. Tanpa kesetiaan, kata-kata cinta itu tidak ada artinya. Albelard dan Heloise tadi tetap menjadi lambang cinta dan kesetiaan.
Dalam segala hal, sesungguhnya kalau tidak disertai cinta dan kesetiaan, menjadi semu. Itu sama halnya dengan sandiwara. Setiap sandiwara merupakan permainan yang dibuat-buat dan bersifat pura-pura. Dua insan yang tampaknya sangat mencintai dan penuh setia, dalam sandiwara itu hanyalah suatu permainan . Hati masing-masing pemain biasanya tidak ada rasa cinta, apalagi kesetiaan. Setelah bermain sandiwara, masing-masing akan bergandengan atau duduk mesra dengan kekasih mereka yang sebenarnya.
Nah rekan-rekan remaja dan saudara-saudara sekalian, dari kenyataan itu kiranya anda dapat berhati-hati dalam mencari teman hidup. Jangan asal orang mengatakan cinta, ia pasti setia kepada anda. Belum tentu ..... Untuk mengetahui kesetiaan seseorang atas cintanya perlu diuji dulu. Mungkin kita masing-masing-pun masih perlu nguji diri, apakah benar, kita mencintai Tuhan dengan penuh setia? Sebagaimana seorang pemuda yang mengaku cinta kepada seorang gadis, tentu ia tidak cukup dengan memujanya terus menerus, tetapi yang lebih penting adalah kesetiaannya. Demikianlah juga kalau seseorang mengaku mencintai Tuhan, maka ia-pun tidak cukup hanya memujanya setiap hari ( hari Selasa – Jum'at – Minggu ) tetapi kesetiaan kita kepada-Nya, lebih penting dari segala-galanya.
Tuhan hanya menekankan tiga hal bagi orang-orang yang mengasihi-Nya yaitu “ Keadilan, belas kasihan dan kesetiaan.”
( Mat 23 : 23 )

(
Romo Yosep )


Tidak ada komentar: